Generasi ‘Strawberry’: Manis di Luar, Rentan di Dalam

Strawberry Generation-42

Pergantian generasi dalam dunia kerja saat ini sudah tidak dapat dipungkiri, dengan banyaknya anak-anak muda yang mendominasi berbagai bidang pekerjaan. Generasi ini sering disebut sebagai generasi “strawberry” karena karakteristik mereka yang penuh dengan semangat, ide-ide baru yang segar, kepercayaan diri yang tinggi, serta ambisius. Maka dari itu, perusahaan-perusahaan mulai tertarik untuk merekrut mereka sebagai karyawan, karena melihat potensi besar yang mereka bawa serta kontribusi inovatif yang bisa mereka tawarkan.

Namun, seiring berjalannya waktu, penilaian terhadap generasi ini mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang muncul dalam praktik kerja sehari-hari. Meski memiliki banyak kelebihan, generasi “strawberry” sering kali dianggap rentan terhadap tekanan dan tantangan yang kompleks. Seperti buah stroberi yang tampak manis dan menggiurkan di luar, tetapi mudah rusak dan rapuh di dalam, generasi ini sering kali menunjukkan kurangnya ketahanan emosional dan mental ketika menghadapi situasi sulit atau stress di lingkungan kerja.

Apa itu Generasi Strawberry

Apa itu Generasi ‘Strawberry’?

Istilah Generasi “Strawberry” ini awalnya berkembang di Asia Timur dan pertama kali muncul di Taiwan. Sementara itu, istilah “strawberry” diciptakan oleh sosiolog Australia, Paul Hirst, dalam bukunya yang berjudul “The Graying Of The Greens: Demographic Change And Political Realignment In Australia” pada tahun 1978. Hirst mengidentifikasi tiga generasi utama dalam masyarakat Australia: Baby Boomer, Generasi X, dan yang ia sebut sebagai “Generasi Strawberry“.

Generasi ini digambarkan seperti buah strawberry yang menarik namun mudah hancur saat mendapat tekanan sedikit saja. Generasi yang lebih tua menganggap generasi strawberry ini lunak dan kurang tangguh. Mereka dianggap tidak mampu menghadapi persaingan, cenderung mudah menyerah saat menghadapi tekanan dan ketidakpastian.

Hal ini terlihat dari berkembangnya bisnis-bisnis baru yang dijalankan oleh anak-anak muda serta berbagai aktivitas mereka di media sosial. Generasi ini dengan berani menciptakan dan mencoba hal-hal baru tanpa banyak mempertimbangkan detail faktor risiko yang mungkin mereka hadapi. Meskipun banyak yang mampu menghadapi tantangan tersebut, tidak sedikit pula yang merasa putus asa, tertekan, atau depresi. Mereka tidak segan untuk mengeluh meskipun hanya menghadapi masalah kecil, bahkan sering memproklamirkan keluhan mereka secara terbuka di media sosial.

Fenomena generasi strawberry ini tidak muncul begitu saja, melainkan ada beberapa faktor yang menyebabkan kemunculannya dan pertumbuhannya di tengah masyarakat.

Penyebab Generasi Strawberry

Penyebab Generasi Strawberry

Terkadang, sikap yang ditunjukkan oleh generasi ini tentu tidak terjadi tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi “Strawberry” memiliki ketahanan mental yang rendah dan mudah merasa stres ketika dihadapkan pada tekanan.

  • Pola didik orang tua

Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan perkembangan yang baik bagi anak-anak mereka, bukan? Itulah sebabnya banyak dari mereka bersaing untuk memberikan yang terbaik dan sering kali memanjakan anak-anak mereka. Namun, tanpa disadari, tindakan ini kadang-kadang dapat membatasi kebebasan anak untuk menyuarakan pendapat mereka sendiri, membuat keputusan sendiri, atau mengambil tanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat.

Ketika anak-anak dibiasakan untuk bergantung pada orang tua mereka dalam segala hal, mereka mungkin menganggap bahwa orang tua mereka akan selalu hadir untuk menyediakan segala yang mereka butuhkan atau bahkan menyelesaikan masalah mereka. Orang tua seharusnya memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk mengambil inisiatif, memberikan arahan dan nasihat, serta mengajarkan mereka tentang risiko yang mungkin muncul. Namun, penting untuk tetap membiarkan anak-anak bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.

Salah satu kesalahan dalam pola asuh yang sering terjadi adalah ketidakmampuan orang tua untuk memberikan konsekuensi yang tepat ketika anak-anak melakukan kesalahan. Mereka mungkin menganggap anak-anak sebagai “seorang pangeran” atau “seorang putri” yang tidak bisa bersalah, yang akhirnya membuat anak-anak tidak siap menghadapi tantangan di luar rumah mereka. Hal ini bisa menyebabkan mereka mudah merasa kecewa atau tersinggung saat dihadapkan pada situasi yang lebih sulit.

Banyak orang tua juga memiliki harapan yang tidak realistis terhadap anak-anak mereka. Hal ini kadang-kadang dapat menekan kesehatan mental anak-anak, karena mereka merasa terbebani dan terbatasi oleh harapan orang tua mereka tentang bagaimana mereka seharusnya bertindak atau berhasil dalam hidup.

Baca juga : 5 Cara Jitu Negosiasi Gaji Lebih Sat Set Tanpa Ragu Saat Interview Kerja

  • Kesejahteraan faktor ekonomi keluarga

Banyak yang mengalami kesulitan ekonomi, namun kenyataannya kehidupan saat ini pada umumnya lebih nyaman dan sejahtera daripada beberapa dekade lalu. Para orang tua lebih fokus untuk mencari nafkah sehingga waktu yang diberikan untuk keluarga jauh lebih sedikit. Mereka lebih senang memberikan kompensasi berupa uang atau benda-benda kepada anaknya. Dengan meningkatnya kesejahteraan, membuat si anak malas melakukan sendiri pekerjaan yang seharusnya mudah dilakukan sendiri. Padahal  waktu dan perhatian untuk keluarga adalah hal mutlak yang harus diberikan.

  • Teknologi yang semakin maju

Tidak dapat disangkal bahwa generasi saat ini telah dibesarkan dalam era kemajuan teknologi yang sangat cepat. Mereka sudah terbiasa dengan kenyamanan dan kemudahan teknologi sejak masa kecil mereka. Perkembangan teknologi memungkinkan mereka dengan mudah mendapatkan informasi dan berbagi aktivitas, sering kali menjadi ajang persaingan untuk menampilkan kekayaan dan kesuksesan. Banyak dari generasi muda menggunakan ini sebagai motivasi untuk bersaing, tetapi sebaliknya, beberapa juga mengalami perasaan iri, kecemasan yang berlebihan, dan bahkan depresi saat melihat orang lain yang lebih sukses atau kaya daripada mereka.

Sosial media sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Anak muda sering kali menyerap informasi dengan cepat tanpa memfilter kebenaran informasi tersebut, baik itu hoax atau bukan. Ada banyak grup atau komunitas di platform sosial yang tidak sehat dan dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Terkadang, kelompok-kelompok ini yang dipenuhi dengan orang-orang yang sakit hati atau depresi dapat membuat suasana lebih pesimis dalam hidup.

Ketersediaan informasi yang melimpah juga memungkinkan individu untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri, bahkan dalam hal diagnosis medis seperti kondisi kesehatan. Ini sering kali mengarah pada pemikiran berlebihan dan diagnosis diri sendiri yang tidak akurat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kecemasan dan ketakutan yang berlebihan.

  • Kurangnya pemahaman tentang kesehatan mental

Banyak dari generasi “Strawberry” belum memiliki pemahaman yang cukup tentang kesehatan mental dan cara mengelola stres. Kondisi ini sering kali membuat mereka kesulitan mengatasi tekanan, kecemasan, dan depresi yang mungkin muncul dalam kehidupan mereka.

Masih ada stigma yang melekat pada pembicaraan terbuka tentang kesehatan mental, terutama di beberapa budaya. Hal ini bisa membuat generasi “Strawberry” enggan mencari bantuan atau dukungan saat menghadapi masalah emosional atau psikologis.

Perubahan budaya dan nilai-nilai dalam kehidupan modern juga dapat menjadi pemicu kebingungan dan beban emosional bagi generasi muda. Mereka sering kali mengalami konflik internal antara dorongan untuk sukses yang terlihat di luar dan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan serta kesehatan mental mereka sendiri.

Ciri-ciri Generasi ‘Strawberry

Ciri-ciri Generasi ‘Strawberry

Seperti halnya generasi sebelumnya, generasi “Strawberry” memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya. Berikut adalah beberapa dari ciri-ciri tersebut yang dapat dipahami.

  • Mudah merasa Stress 

Generasi “Strawberry” cenderung lebih rentan terhadap stres dan tekanan emosional. Mereka mungkin lebih mudah merasa cemas berlebihan, terbebani, dan kesulitan mengatasi situasi yang menantang.

  • Ketahanan Mental yang kurang

Generasi “Strawberry” juga seringkali kurang memiliki ketahanan mental. Mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam mengatasi kegagalan, kurang termotivasi, dan cenderung cepat merasa putus asa.

  • Menjadi Sensitif Mendengar Kritik 

Karena ketahanan mental yang rendah, mereka juga dapat lebih sensitif terhadap kritik dan pendapat orang lain. Komentar atau kritik bisa lebih mudah membuat mereka merasa tersinggung

  • Menurunnya Rasa Tanggung Jawab

Generasi ini sering kali tidak menunjukkan rasa tanggung jawab, cenderung enggan mengakui kesalahan dan menghindari evaluasi diri untuk memperbaikinya. Mereka lebih suka menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka buat dan cenderung menolak kritik, lebih memilih untuk bertindak sesuai dengan keinginan pribadi mereka.

  • Bergantung pada Teknologi

Generasi “Strawberry” sering mengalami ketergantungan yang signifikan pada teknologi dan media sosial. Mereka sering menghabiskan banyak waktu di depan layar, kurang berinteraksi secara langsung, dan rentan terhadap efek negatif dari penggunaan teknologi yang berlebihan. Fenomena ini juga berdampak pada bagaimana mereka merespons dan menghasilkan komentar berdasarkan situasi yang mereka ciptakan sendiri.

Meskipun memiliki aspek negatifnya, generasi ini memiliki karakteristik unik yang menarik. Dengan bimbingan yang tepat, mereka memiliki potensi besar untuk menginspirasi perubahan positif di masa depan.

Strategi Efektif untuk Generasi ‘Strawberry’ Menjadi Lebih Kuat

Strategi Efektif untuk Generasi ‘Strawberry’ Menjadi Lebih Kuat

Lantas, apa solusi untuk membuat generasi strawberry ini menjadi lebih kuat dan mempunyai karakter lebih positif agar dapat bersaing di dunia kerja ?

  • Memberi Kebebasan untuk Berekspresi dan Bekerja Secara Mandiri

Berikan ruang bagi generasi “Strawberry” untuk mengekspresikan diri mereka dan bekerja dengan cara yang mereka pilih. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan kreativitas dan memanfaatkan kekuatan individual mereka.

  • Menetapkan Target yang Jelas

Tetapkan target yang spesifik dan terukur yang harus mereka capai, meskipun mereka diberi kebebasan dalam cara mereka bekerja. Hal ini membantu mempertahankan fokus dan meningkatkan akuntabilitas terhadap hasil kerja mereka.

  • Mendorong Ide dan Pendapat Inovatif

Berikan kesempatan kepada generasi “Strawberry” untuk mengajukan ide-ide baru dan pandangan yang berbeda. Pemikiran out-of-the-box mereka dapat memberikan inovasi yang berharga bagi perusahaan.

  • Memberikan Kepercayaan dan Penghargaan

Berikan kepercayaan kepada generasi muda dan hargai kontribusi mereka, meskipun mereka mungkin masih muda dan kurang berpengalaman. Hal ini dapat meningkatkan motivasi mereka untuk berkembang dan berprestasi.

  • Program Pelatihan Keterampilan Soft Skills

Selain keterampilan teknis, penting juga bagi generasi “Strawberry” untuk mengembangkan keterampilan soft skills seperti komunikasi efektif, kepemimpinan, kerjasama tim, dan manajemen konflik. Program pelatihan yang terstruktur dapat membantu mereka membangun fondasi yang kuat dalam aspek-aspek ini.

Kesimpulan

Generasi “Strawberry” memiliki kesadaran akan kelebihan dan kekurangan mereka. Mereka optimis, terbuka terhadap ide-ide baru, fleksibel, mudah beradaptasi, dan percaya diri yang dapat dikembangkan untuk keberhasilan perusahaan. Pergantian generasi adalah sesuatu yang tak terhindarkan, namun yang terpenting adalah bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi mereka dan mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Dengan dukungan yang tepat dan pemahaman yang baik tentang kesehatan mental, generasi ini dapat meningkatkan ketahanan mental mereka, sementara kemampuan dan pemikiran mereka dapat berkontribusi pada kemajuan bangsa di masa depan.

Ayo segera perbaharui profil dan CV-mu di job portal snap.careers agar dapat segera mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang sesuai dengan harapan. Dengan memperbarui profil dan CV Anda di job portal snap.careers , Anda akan meningkatkan peluang untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian dan ekspektasi Anda, Semangat!

Khanza
Human Resource Development | + posts

Hey Peps! It's Khanza , I'm always learning and exploring new things in the world of storytelling. Writing fun stories and creating cool content with me. let's have some fun together!

Cheers!

Scroll to Top